Persiapan Membatik
Sebelum membatik, ada beberapa alat dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan, diantaranya adalah:
Keren (=anglo, atau bisa juga pakai kompor kecil) beserta wajan yang sudah diisi dengan malam
Malam dicairkan di dalam wajan di atas anglo. Pencairan harus sempurna, hingga malam berwarna tua. Hal ini dimaksudkan agar malam bisa lancar keluar melalui cucuk canting dan malam dapat meresap dengan sempurna ke dalam mori. Api dalam anglo harus dijaga agar tetap membara, namun jangan sampai menyala karena bisa menjilat malam yang berada di dalam wajan.
Canting
Canting digunakan untuk menutupi kain dengan lapisan malam. Tujuannya agar pada saat pewarnaan kain yang tertutup lapisan malam ini tidak terkena warna.
Ada berbagai macam canting yang diperlukan dalam proses mencanting. Ada canting “klowongan”, canting “isen”, canting “cecekan”, canting “tembokan”, dsb. Dalam mengoperasikannya, perlu diperhatikan cara memegangnya. Cara memegang canting berbeda dengan cara memegang pensil atau ballpen. Perbedaan itu disebabkan karena ujung cucuk canting bentuknya melengkung dan berpipa besar, sementara pensil atau ballpen lurus.
Dengan canting ini, malam mendidih yang berada di dalam wajan diciduk dan dibatikkan di atas mori. Sebelum dibatikkan, sebaiknya mori ditiup terlebih dahulu dengan maksud untuk menghilangkan cairan malam yang membasahi cucuk canting. Cucuk canting yang berlumuran cairan malam akan mengurangi baiknya goresan, terutama ketika permukaan canting diproseskan pada mori.
Mori
Mordanting
Sebelum dibatik, mori perlu melewati proses “mordanting”. Mori direndam dulu dengan cairan mordan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji serta lemak-lemak yang menempel pada kain. Setelah selesai direndam, mori dijemur sampai kering.
Kemudian mori diletakkan di atas gawangan dekat anglo. Pembatik duduk di antara gawangan dan keren atau anglo. Biasanya, gawangan ditempatkan di sebelah kiri, sementara anglo ditempatkan di sebelah kanan pembatik.
.
Tahapan Mencanting
Dalam menghasilkan kain batik, sepotong mori dikerjakan tahap demi tahap. Tiap tahap dapat dikerjakan oleh orang yang berbeda, namun tidak dapat dikerjakan beberapa orang dalam waktu yang bersamaan.
Membuat pola
Pola dibuat dengan pensil. Pola bisa berupa gambar-gambar yang langsung bisa dicanting, namun bisa juga berupa garis geometris (misalnya untuk motif kawung, maka yang dibuat hanya garis-garis kotak-kotaknya saja). Dalam membuat pola, gambar bisa langsung digambarkan pada kain atau di-blad (menggambar dari pola yang ada di sebalik kain).
Membatik Kerangka
Dari pola yang sudah dibuat dengan pensil tadi, pembatik membuat kerangka dengan menggunakan malam cair. Canting yang dipergunakan adalah canting cucuk sedang atau canting klowongan. Mori yang sudah dibatik seluruhnya akan memunculkan gambar berupa kerangka, disebut juga sebagai “klowongan”.
Ngisen-iseni
“Ngisen-iseni” berasal dari kata “isi”, yaitu memberi isi atau mengisi “klowongan” tadi. Ngisen-iseni dengan mempergunakan canting cucuk kecil yang disebut sebagai canting isen. Aktivitas selanjutnya adalah “nyeceki”. “Nyeceki” mempergunakan canting cecekan, hasilnya bernama “cecekan”. Batikan yang lengkap dengan isen-isen disebut sebagai “reng-rengan”. Karena namanya “reng-rengan”, maka aktivitas membatik dalam memberikan isen-isen sejak awal hingga akhir disebut sebagai “ngengreng”. Setelah “ngengreng” selesai, keseluruhan motif yang dikehendaki bisa terlihat. Hal ini merupakan penyelesaian yang pertama.
Nerusi
“Nerusi” berasal dari kata meneruskan. Fungsinya untuk mempertebal dan memperjelas tembusan batikan pertama. Aktivitas ini merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan berupa “ngengrengan” dibalik permukaannya. Permukaan di sebaliknya kain ini kemudian dicanting. Sebenarnya aktivitas ini tidak berbeda dengan “membatik kerangka”, hanya saja dilakukan di sebaliknya kain yang sudah dicanting. Canting-canting yang dipergunakan sama dengan canting untuk ngengreng.
Nembok
Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu penyelesaian menjadi kain. Karena itu, bagian-bagian yang tidak akan diberi warna (atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain) harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan. Canting trembokan bercucuk besar. Orang yang mengerjakannya disebut “nembok” atau “nemboki”dan hasilnya disebut “nembokan”.
Bliriki
Bliriki adalah nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup sungguh-sungguh. Bliriki mempergunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki. Apabila tahap terakhir ini sudah selesai, berarti proses membatik selesai juga. Hasil bliriki disebut “blirikan” atau “tembokan”. Kadang-kadang batikan tidak perlu ditembok. Apabila pilihannya seperti ini maka batikan sudah selesai sebelum ditembok dan dibliriki. Selanjutnya, bisa dilanjutkan dengan proses pewarnaan.
Kain-kain yang sudah selesai dicanting
Proses Pewarnaan
Dalam proses ini kain yang sudah dibatik diberi warna. Bagian yang tertutup malam nantinya akan tetap berwarna seperti semula (putih) dan yang tidak tertutup malam akan terwarnai. Ada 2 jenis zat warna yang bisa dipilih dalam proses pewarnaan ini, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis. Proses pewarnaan terbagi dalam beberapa tahap dan harus dikerjakan secara urut.
Perendaman dengan cairan naptol
Sebelum diberi warna kain perlu direndam dulu dengan cairan naptol agar warna bisa menempel dengan sempurna.
Pemberian warna
Kain dimasukkan dalam zat warna (alam/sintetis) sambil dibolak-balik supaya rata, kemudian didiamkan selama 15 menit. Setelah itu kain diangkat, diangin-anginkan dengan cara kain dibentang pada tali/tambang di tempat yang teduh dan dijepit. Pada pewarnaan alami, setelah kain kering pencelupan diulang minimal 3 kali.
Proses Penguncian (fiksasi)
Dalam proses ini warna akan dikunci. Ada 3 pilihan bahan untuk proses penguncian ini, yaitu air kapur (warna akan cenderung lebih tua), tawas (warna akan cenderung lebih muda), dan tunjung (warna akan cenderung lebih tua/pekat). Bahan-bahan tersebut memberikan efek warna yang berbeda-beda meskipun zat warna yang digunakan sama. Cara mengunci: kain yang sudah diberi warna direndam dalam cairan dari salah satu bahan tersebut selama 10 menit, kemudian dicuci bersih dan dikeringkan dengan cara diangin-angin.
Nglorod
Menghilangkan lilin secara keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik disebut mbabar, ngebyok, atau nglorod. Caranya, kain yang sudah dibatik direndam terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam air mendidih yang sudah diberi obat pembantu berupa waterglass atau soda abu. Setelah itu, kain batik dikeringkan dengan cara diangin-angin.
Nglorod
Proses-proses di atas hanya untuk penggunaan 1 warna saja. Kebanyakan kain batik memakai lebih dari 1 warna. Untuk setiap pewarnaan, perlu diulang prosesnya dari mencanting (mulai dari “membatik kerangka”, namun bagian yang ditutup dengan cairan malam berbeda tergantung bagian mana yang diinginkan tidak terkena warna itu) sampai “nglorod”.
Kain-kain batik hasil karya PUTRI KAWUNG yang sudah selesai diproses